Menjalani kehidupan sebagai mahasiswa aktif dengan beragam kegiatan menjadikan Rama sosok yang sangat diminati para gadis cantik. Bagaimana tidak, kalau ditanya soal tampang, ngak akan ada yang berani nilai Rama di bawah nilai 8. Personalitynya juga sangat baik, mahasiswa berprestasi dengan segudang prestasi, apalagi Rama menjabat sebagai presiden mahasiswa di kampusnya. Namun tak banyak yang bisa menaklukkan hati lelaki Macho yang satu ini. Bolehlah dalam soal prestasi Rama terkesan garang, namun soal cinta ternyata dia dingin.
Memori yang selama ini sudah naksir berat dengan Rama selalu mencari celah agar lelaki ini bisa sedikit meliriknya. Siang itu, di koridor kampus, bak sinetron berseri hingga puluhan kilometer seri, Memori mencoba mencari taktik, memutar otak otak untuk bisa menyentuh hati Rama. Berjalan dengan lenggak lenggoknya, ia tabrakan tubuhnya ke tubuh Rama. Spontan Rama kaget sekaget kagetnya.
Tidak seperti biasanya, siang ini Rama seperti kehilangan jiwanya, wajahnya yang biasanya berseri kini layu, pikirannya kosong seperti disedot berpuluh-puluh liter. Sebab itu pulalah Memori berani melakukan aksi nekad itu. Dengan kalimat terbata, memori berusaha membuka kata "Ma, ma, maaf kak". "Ngak apa-apa kok, saya juga minta maaf". Senang rasanya hati memori, perasaannya seperti dijatuhi berton-ton mawar merah, dihujani bintang-bintang. Tidak hanya Memori yang berusaha mendapatkan respon dari Rama. Santi yang juga aktifis kampus itu pun ternyata diam-diam menyukai Rama. Beda orang beda cara. Kalau Memori berusaha mendekati Rama dengan cara mirip bintang sinetron, Santi beda lagi, gadis yang cukup menarik parasnya itu nekad mengatakan di depan orang-orang kalau dia mencintai Rama, persis seperti kegiatan "Katakan Cinta" yang dulu sempat ngetop di salah satu stasiun televisi swasta. Entah dimana letak malunya, atau bahkan dia sengaja menebalkan muka, berharap Rama juga akan mencintainya. Ach sudahlah, masih banyak gadis lainnya yang nekad mempermalukan dirinya guna mengejar cinta Rama. Namun Rama tetap tak bergeming.
Pagi itu tak seperti biasanya, Rama buru-buru mengendarai mobil Honda Jazz putihnya, bahkan untuk sekedar sarapan bersama mami papi pun ia tak sempat. Sejuta keheranan pun menyelinap di benak mami, tidak seperti biasanya, putra bungsunya ini tidak rapi bepergian, bahkan meniadakan sarapan. Memacu kendaraan secepat mungkin, hanya itu yang ada dalam pikirannya,sehingga dia bisa secepatnya sampai di kediaman Mara. Mara, gadis ayu berusia 2 tahun di bawah Rama. Ada apa dengan Mara? sehingga Rama seperti kesetanan memacu kendaraannya. Mendekati perempatan, Rama menghentikan laju mobilnya. Tangannya meraih handphone yang sedari tadi ia letakkan di ranselnya. Dibukanya inbox di handphonenya, dibacanya pesan yang tertera di layar.
"Maafkan Mara kak,yang lancang ingin mendapatkan cinta kakak, namun Mara juga tidak tahu, kalau Mara tidak mengatakannya sekarang, apa Mara masih bisa mengatakannya".
Pikiran Rama seolah melayang terbang. Mara, gadis itulah sebenarnya yang ada di hati Rama . Memang Rama belum sempat menyatakan isi hatinya kepada Mara, sehingga Mara keduluan mengatakannya.Lirih dia berkata " Mara, sesungguhnya rasa itu juga yang hendak kakak katakan kepada Mara, namun kakak belum punya keberanian untuk mengatakannya".
Dipacunya kembali mobilnya, yang ada di pikirannya saat itu hanya ia harus secepatnya sampai di rumah Mara, mengatakan kalau sebenarnya ia juga sangat mencintai Mara, dan akan mengatakan bahwa Mara tidak lancang mengatakan perasaan itu cinta itu padanya. Pastinya Rama juga ingin melihat senyum ceria di wajah Mara, setelah tiga bulan ini terbaring tak berdaya, akibat kanker darah yang dideritanya. Sebenarnya sudah sejak lama Rama ingin mengutarakan rasa cintanya kepada gadis yan g sejak kecil sudah ia senangi itu, namun selalu saja tidak ada keberanian untuk mengatakannya. Rama takut kalau kalau-kalau Mara akan menolak rasa cintanya. Penolakan seperti itu yang belum siap ia terima. Hanya Mara dan selalu saja Mara yang ada di pikiran Rama, hingga beratus-ratus karakter wanita telah ia tolak hanya untuk Mara.
Pesona Mara sangat besar buat Rama. Gadis cantik, supel, pintar bergaul, cerdas dan ramah itu sudah dari kecil menarik perhatian Rama. Awalnya Rama pikir, ini hanya perasaan suka anak kecil yang beralih menjadi dewasa. Namun seiring perkembangan waktu, rasa itu bukannya memudar, namun bertambah besar. Akbar saja yang merupakan teman kecil Rama dengan tampang yang seadanya dan prestasi yang pas-pasan, sudah berpuluh-puluh kali berganti pacar. Namun Rama tidak, hanya Mara lah satu-satunya gadis yang sudah memikat hatinya.
Tepat di gang masuk rumah Mara, Rama memarkirkan mobilnya, karena gang masuk ke rumah Mara sangatlah sempit. Matanya nanar dan langsung tertuju kepada bendera kuning yang ditamcapkan tepat di muka gang masuk rumah Mara. Batinnya berdesir. Pikirannya bertanya-tanya, siapa gerangan yang mendapatkan musibah ini?Mendekatirumah Mara, langkahnya seakan lunglai, setengah jiwanya terbang, namun hatinya masih berusaha dikuatkan, barangkali bukan Mara, lirih batinnya. Halaman rumah Mara, sudah berdiri tenda, lengkap dengan kursi-kursinya. Memberanikan diri, Rama bertanya kepada salah seorang Bapak "Mohon maaf pak, siapa ini yang sudah mendahului kita?". Si bapak menjawab "Non Mars dik, baru 20 menit yang lalu". Kali ini langkah Rama benar-benar gontai, jiwanya yang tinggal sepasruh, seakan hilang seluruhnya, pergi bersama mara. Air matanya menetes di pipinya, pertanda tak kuasa mendengar berita duka ini. Dengan sekuat tenaga Rama berupaya berjalan menuju rumah, melihat Mara yang sudah terbujur kaku. Tak kuasa Rama menahan kesedihannya, air matanya jatuh deras, seperti limpahan tsunami.
Entah apa yang hendak dikatakannya, entah kepada siapa dia hendak berkata, Rama mendadak bingung. Tak ada satupun keluarga Mara yang mengetahui betapa besar cintanya kepada Rama. Bahkan hingga akhir hayatnya. Begitu juga Rama, perasaan suka, perasaan cinta yang mereka punya benar-benar terbungkus rapi, hingga tak satupun yang mengetahui perasaan masing-masing. Dipandanginya wajah mara sedetail-detailnya. Batinnya berujar, kamu cantik Mara, hingga akhir hayatnya kamu, kamu tetap tersenyum, ditengah sakit kamu juga tetap tersenyum. Semoga kamu tahu betapa aku juga sangat mencintaimu, akan kulepas engkau hingga pembaringan terakhir mu Mara.Peluk cium untukmu di surga.
Jumat, 16 Juli 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar on "Mara Di hati Rama"
Posting Komentar