Apapun keadaan yang diberikan Tuhan kepada kita sudah sepatutnya disyukuri. Termasuk kalau saat ini diberi keadaan rabun. Memang tidak ada nikmat yang lebih nikmat selain nikmat iman dan nikmat sehat. Pengalaman pribadi sebenarnya menuliskan ini. Namun mudah-mudahan sekarang dan yang akan datang Na selalu diingatkan untuk bersyukur walau apapun keadaan na saat ini.
Kemarin sempat bertemu dengan some one, berbicara banyak hal, belajar banyak hal juga. Sampai akhirnya kereseannya tiba dan menjauhkan laptop dari Na. Oh tidaaaaaaaaaaaaaaaaak. Na benar-benar tidak dapat melihat tulisan jika sejauh itu. Na beneran rabun jauh. Some one benar-benar mengerti sepertinya kalau Na tidak bisa melihat dengan jelas sejauh itu (tetapi ya sudahlah).
Lepas itu dia tertawa, dan memberikan satu hal yang menenangkan dan membuat Na semakin bersyukur dengan apapun keadaan na. Kekurangan yang sebenarnya di satu sisi memiliki kelebihan. Na baru mengetahui dari some one. Dia lantas bercerita dan berkata sama Na. "Tahu ndak filosofi rabun jauh?". Na yang tidak mengetahui sama sekali ya terpaksa menggeleng.
Lantas si some one berkata kepada Na dengan meyakinkan. Kalau kita rabun jauh, pastinya kita ngak bisa melihat jauh setidaknya ngak terlalu jelas melihat jauh, karena itu yang kita lihat dan terperhatikan benar-benar adalah orang-orang dekat. Dengan demikian kita akan lebih setia dengan orang-orang rumah. Berkebalikan apabila rabun dekat. Yang dekat tidak terlihat jelas yang jauh justru lebih jelas. O alah tawa na dan dia akhirnya pecah mendengarkan filosofi rabun jauh yang coba disampaikannya. Bersyukur kan kalo diberi rabun jauh. Ckckckckkc.
0 komentar on "Filosofi Rabun Jauh"
Posting Komentar