Pekanbaru tidak hanya terkenal dengan Bertuah nya (Bersih, Tertib, Usaha Bersama, Aman dan Harmonis). Kota yang perkembangannya cukup pesat ini beberapa tahun belakangan mendapatkan tambahan musim. Ya, tidak hanya memiliki musim hujan dan musim panas namun kota ini juga memiliki musim asap. Berbagai julukan kembali diberikan untuk kota tercinta ini. Mulai dari kota asap hingga kota salai. Miris sebenarnya sebagai orang yang terlahir dan besar di kota ini mendengar julukan dasyat yang diberikan teman-teman yang sebagian besar berasal dari kota lain. Namun, haruskah terus berlarut tanpa aksi yang lebih nyata untuk kota tercinta?
Kabut asap yang terjadi di Pekanbaru akibat dari aktivitas pembakaran lahan yang dilakukan dengan cara membakar. Aksi ini kerap dilakukan di beberapa kabupaten dan kota di Riau. Dampaknya, kota tercinta terkepung asap. Dampak ini tidak hanya terjadi di Riau, bahkan negara tetangga turut serta terkirimi bingkisan di kala musim panas ini tiba. Pembakaran lahan kerap kali dilakukan pada saat musim panas, dimana api akan cepat menyebar sehingga lahan yang awalnya tidak ingin dibersihkan turut serta terbakar. Hal ini biasanya dilakukan agar proses pembersihan lahan menjadi cepat, namun kurang memikirkan dampak dari tindakan serba instant ini. Akibat dari asap yang betah menyelimuti kota ini tentu saja sangat tidak baik. Mulai dari masalah kesehatan, penerbangan serta pariwisata turut terganggu. Pemikiran saya juga ikut-ikutan terganggu dengan label yang diberikan oleh teman-teman terhadap kota ini di kala musim asap datang melanda.
Namun tahun ini dapat bernafas sedikit lega karena kendati cuaca panas, aktivitas pembakaran lahan sudah mulai berkurang. Tentu saja kasus ISPA turut menjadi berkurang. Terbukti, meskipun musim tambahan ini masih betah bernaung namun keparahannya sudah semakin berkurang jika dibandingkan tahun-tahun yang lalu. Kelegaan semakin berarti ketika Pemerintah Kota Pekanbaru telah menjalankan program "Kamis Menanam" nya. Dimana setiap Kamis, ada sejumlah tanaman buah yang ditanam di Pekanbaru. Dipastikan beberapa tahun ke depan Pekanbaru sudah dipenuhi tanaman-tanaman berbuah. Tidak hanya pemerintah yang peduli terhadap kondisi ini, karena hampir semua lapisan elemen masyarakat turun tangan melakukan gerakan penanaman tanaman buah di Pekanbaru. Beberapa ruas jalan sudah tertanami dengan indah tanaman Mahoni dan juga Matoa. Sungguh indah bila semua jalan di Pekanbaru nantinya ditanami tumbuhan tersebut. Selain menambah keindahan kota, memberikan kesejukan, tanaman ini juga dapat dikonsumsi buahnya seperti halnya Matoa yang sangat lezat. Saya dan juga teman-teman dari Kelompok Mahasiswa Peneliti dan Pengembang EM Universitas Riau juga mencoba melakukan sedikit aksi nyata dengan melakukan pembukaan lahan tidak dengan cara dibakar. Ketika menyiangi lahan penelitian, kita juga tidak membakar rumput yang ada namun memasukkan kembali ke dalam tanah. Memang memerlukan tenaga lebih, tetapi jika itu baik kita sepakat tidak masalah untuk mengeluarkan tenanga lebih. Toh kita juga bisa menyuplai energi lebih sebelum mengeluarkan tenanga lebih tersebut. Aksi kecil ini jika dilakukan oleh banyak orang tentunya juga akan turut serta mengurangi asap yang menjadi musim ketiga di Pekanbaru dan membantu mengikis pendapat kota asap serta kota salai dan mengembalikan musim di kota Bertuah menjadi musim yang semestinya lagi. Aksi penanaman juga dilakukan hingga ke tingkat pekarangan rumah. Bukankah hal besar dapat dimulai dari hal kecil? Jika hal ini dilakukan berkeseinambungan, tentu saja beberapa tahun lagi masyarakat kota Pekanbaru tidak lagi menggantang asap di kota Bertuah ini.
0 komentar on "Tak Ingin Menggantang Asap Kembali di Kota Bertuah Ku"
Posting Komentar