Dunia serasa runtuh, ketika mendengar pernyataannya mengkhianati cinta sucikuw. Cinta suci yang berpuluh-puluh tahun kulalui dengan penuh keikhlasan dan berpondasikan kepercayaan dan rasa cinta, bagaimana mungkin, hari ini harus luluh lantak karena seorang wanita penggoda.
Sama sekali aku tidak habis pikir. Suamikuw bisa berpaling ke pelukan wanita penggoda itu. "Kok Bisa ya?" pertanyaan itu selalu ajha hadir di pikirankuw. Sebagai seorang istri, aku sdah merasa cukup berbakti kepada suamiku. Pergi kerja dan pulang kerja selalu ku sambut dengan senyuman, selalu kusediakan makanan kesukaannya, selalu kusiapkan air untuk mandinya, selalu kusiapkan baju dan selalu ku rapikan bajunya. Sebagai wanita aku juga cukup sehat,karena aku mempunyai dua orang anak hasil buah cintaku dengannya. Tapi mengapa dia tega sekarang mengkhianati cintaku???Oh tuhan, apa salahku???
Pagi itu dengan langkah ragu dia menghampirikuw, menundukkan kepalanya, menarik nafas dalam-dalam, dia ucapkan niatnya untuk memperistri Yuli, janda beranak satu yang tinggal tepat di samping rumahku. Tuhan memang maha penyayang, ditengah luluh lantak hatiku, tak satu pun air matakuw keluar di hadapannya. Di hadapannya aku seperti wonder woman, kuat-sekuatnya. Dalam hati kuselalu mengagungkan Allah, Allahuakbar...Allahuakbar, selalu ukuucap dalam hati, sehingga keberanianku timbul untuk menanyakan kepadanya, apa yang menjadi alsannya mengkhianati cinta suci yang sudah dua puluh tahun kami lalui.
Digenggamnya tanganku erat-erat "Maafkan aku dek, aku khilaf, aku tak kuat menahan godaan janda itu. Imankuw goyah, akal sehat kuw lari entah berantah, maafkan aku, aku sudah menghamili dia". Tak pernah sedikitpun terpikirkan olehkuw kalau suamiku akan berselingkuh apalagi sambpai menghamili wanita yang punya reputasi kurang baik dimataku.
Sontak isi kepalakuw serasa diperintah untuk mengatakan kepadanya "Hey kamu, apa kurangku?", namun tak lantas kumuntahkan mentah-mentah. Dalam keadaan yang seperti itu, aku selalu sadar baik buruk perkataankuw. Dan kata-kata terindah yang pantas kulepas bak peluru ke hadapannya adalah "ceraikan aku", Dengan berani aku mengatakan itu. Batinku lirih, toh tanpa dia aku masih bisa menghidupi kluargaku. Hasil dari usahaku masih berlebih-lebih untuk kebutuhan hidup aku dan anak-anakkuw. Selama ini aku juga tidak terlalu bergantung secara ekonomi kepada suamiku.
"Ceraikan aku mas, aku tak ingin ikrar suci yang kamu ucap, harus kamu langgar. Tapi dek..."G pake tapi-tapi, ketika cinta suci sudah tak sanggup kamu jaga, aku pun tak sanggup untuk meneruskannya, maafkan aku juga". Baiklah, kalau itu maumu, akan kuturuti. Secepatnya aku menyanggah "itu bukan mauku, tapi maumu".
Dua bulan sudah aku bercerai dari mas Dhanu, hidupku dan anak-anak pun berjalan mulus, kuberikan kasih sayang ekstra kepada buah hatiku, karen akuyakini, mereka butuh kasih sayang ekstra. Tak ada kata-kata protes sedikitpun dari kedua buah hatiku dengan keputusan ceraikuw. Mereka sangat memahami keadaanku. Makanya mereka memilih untuk ikut tinggal bersamaku, setelah perceraianku dan papi mereka.
"Mi, kakak dengar-dengar dari tetangga, katanya papi dipelet ya mi sama janda itu?". Ach, tahu dari mana mereka. "Ade' juga denger seperti itu Mi". Ku rangkul mereka, kuyakini papi mereka bukan korban secara utuh. Kalaupun perkataan-perkataan yang mereka dengar itu benar, buatkuw suamiku tetap juga berperan dalam kesalahan itu.
"Sayang, seandainya papi punya iman kuat, dipelet sekalipun papi tetap akan sayang kita". Tapi kenapa papi ikut terjerumus? karna papi juga punya iman lemah, punya nafsu tinggi.
"Mami, kami sayang mami". Kata-kata itu cukup menguatkankuw, ditengah gejolak batin dan keterpurukan yang sempat kualami. Terima kasih Allah, sudah memberi pahlawan-pahlawan untuk hidupku.
Jumat, 25 Juni 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar on "Hey, kamu!!!"
Posting Komentar